Oleh AENDRA M KARTADIPURA
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sudah menetapkan tanggal pencoblosan Pilkada Serentak 2018 yaitu dilakukan pada 27 Juni 2018. Pilkada serentak 2018 akan diikuti 171 pilkada se Indonsia baik Provinsi, Kota dan Kabupaten. Beberapa provinsi telah bersiap atau siap akan jadikan jagoannya berlaga di tarung pemilihan langsung itu dan tak terkecuali Jawa Barat yang saat ini semakin panas pengodoggannya, baik kota Bandung maupun daerah lain yang akan gelar Pilkada 2018.
Baiklah kita mulai saja menghitung dari sekarang kira-kira ada sekitar lebih kurang 1 (satu) tahun lagi, Pilkada akan digelar 27Juni 2018. Namun momen politik ini telah mulai demam, di kota Bandung misalnya sejumlah nama sudah mulai nonggol dengan baliho-baliho yang mana memperkenalkan diri atau semacam menampilkan siapa keakuanny dirinya.
Kota Bandung sebenarnya jadi bala dengan wajah-wajah baru, ada yang menapilkannya dengan nama dan statusnya, dari mulai sebagai anu dan jabatan anu bahkan alumni sebuah sekolah anu. Dan anu-anu lainnya menjadi pewarna agar dia dikenal dan merasa tidak ujug-ujug tampil.
Namun jika ada yang kenal mungkin dia hanya sekadar rindu tampil dan berpikir siap jadi bakal calon. Catat bakal calon belum tentu jadi calon.
Lalu kenapa calon-calon pemimpin itu harus narsis. Bukankah pemimpin itu diusung rakyatnya?
Inilah politik dalam dunia demokrasi menjadi siapa yang muncul dalam ruang narsis dia kan menjadi semacam gambaran promosi kuat agar dikenal. Saat ini bohong besar jika politik tanpa sosialisasi, atau tanpa tampil secara kontinyu. Pun ada istilah ingin eksis maka narsis Euy…!
Tapi apakah pemimpin kota harus narsis? Itulah pertanyaan besar yang butuh jawaban panjang.
Tulisan saya saat ini ingin menyoroti soal kota Bandung yang akan ikut kenduri juga dalam laga 2018. Kali ini mungkin kota Bandung tanpa petahana alias incumbent, pasalnya sang walikota tidak maju dalam petahana namun maju dengan naik tingkat menuju ke Gedung Sate alias milih ingin “mimpi” jadi Gubernur.
Untuk kali ini mungkin dipastikan Pemilihan kepala daerah kota Bandung sebenarnya tak berat. Jadi dengan sang walikota maju ke Jabar Satu dipastikan tidak ada lawan petahana. Sementa petahana wakilnya dikabarkan tidak maju. atau masih menunggu konsulidasi partainya.
Kembali ke soal Pemimpin Kota. Kota Bandung memamang perlu pemimpin yang komitmen akan janji setia, setia dalam langkah dan sikap sertan jani dalam membangun Bandung.
Bandung adalah aura besar yang jadi ikon masyarakat luas, bahkan media juga banyak memperbincangkan. Nama Bandung kuat di dunia bukan saja sekadar dikenal di Asia Afrika namun Kota Bandung memang wilayah stratgis yang ada dan jadi tujuan dan impian datang ke kota kembang ini.
Jadi pemimpin kota yang akan memimpin Bandung harus kuat di kritik dan mampuh berkomitmen dalam sikap dan jiwa dan ragawinya memliki pengabdian yang tulus untuk rakyat Bandung, dan ingat bukan sekadar senang narsis.
Sejumlah spekulasi muncul seiring dengan bermunculnya balo-balon yang mengklaim dianggap potensial masuk balai kota Bandung. Pilkada Bandung kini memang siap tanpa mengalahkan incumben dan ini bagai sebuah tarung original Pilkada.
Nama yang muncul digadang-gadang kan dalam ditemukan di laman laman www.citrasurveiindonesia.com atau Citra Survei Indonesia (CSI) sedang melakukan pantauan untuk Pilkada 2018 di Kota Bandung.
Dituliskaan disana bahwa tahun 2018, Kota Bandung yang akan pesta pemilihan walikota 2018-2023 ini sangat menarik karena Walikota Ridwan Kamil akan hijrah ke Gedung Sate ingin duduk di Gedung Sate.
Dimana tahun 2018 untuk Walikota Bandung itu muncul nama yang berasal dari internal sekelas Sekda dan juga tokoh muda, bahkan artis.
Nama Budi Dalton, Ayi Vivanda yang dulu kalah dalam Pilkada waktu bertarung melawan Ridwan Kamil muncul, namun dikabarkan bahwa Budi Dalton tidak akan maju, sedang Ayi Vivanda masih menunggu rekomendasi partai.
Lalu ada sejumlah nama-nama muncul di kalangan masyarakat dibilangan Ujung Berung, Cibiru, Cibaduyut, Cicaheum, Cicadas, Antapani dan Cicendo. Publik masih rindu Ridwan Kamil untuk menyelesaikan periode kedua karena Bandung belum selesai, tapi basah sudah RK sudah deklarasi akan maju ke Gedug Sate.
Nama Oded M. Danial yang kini Wakil Walikota juga muncul, Ada nama Farhan presenter yang juga aktif di Persib. Ricky Subagja mantan pemain bulu tangkis (Partai Demokrat).
Tina Talisa presenter tersohor tapi kini hilang malah muncul nama Nurul Arifin artis tersohor asal Cicadas ini menarik bisa jadi akan menjadi maskot dan gol di balai kota, meski harus menaruh simpati Ketua Umumnya Golkar dan bertarung rekomendasi bersama nama Sekda Kota Bandung Yossi Irianto disebut dalam bursa ini, Konon kabarnya bahwa Sekda ini direstui sang Walikota saat ini, benar tidaknya tanyakan saja, sebab selain sekda hampir 80% sduah banyak tangani urusan walikota Bandung dalam acara-acara, dan ang walikota yang kini mau ke Jabar jugaa sudha banayk keliling ke pesantren-pesantren, alasannya sosialisasi tadi. alias ingin kesohor eksis yang narsis.
Di ranah partai PKS ada tokoh muda PKS Teddy Rusmawan, Haru Suandaru dan juga Tate Qomarudin. Ada nama pengusaha Muda Distro yang juga Ketua Karang Taruna Kota Bandung Fiki Satari yang belakangan ikut dalam #SaveXPalaguna.
Dari pantauan ini masih banyak nama yang sebenarnya memungkinkan masuk dalam bursa Pilkada Kota Bandung 2018, tulisa laman itu.
Jika melihat balon bursa PILKADA KOTA Bandung sah saja siaap yang muncul yang jelas haruslah jelas visinya dan akan dibawa kemana kota Bandung?
Yang jelas jangan lupakan prospektif penataan kota, prospektif pembangunan SDM kota, peningkatan investasi, peningkatan pembangunan infrastruktur, pelayanan publik, peningkatan dan daya serap APBD yang tepat guna, dan lain-lain.
[…] sumber tulisan http://bandunghiji.com/2017/05/28/pemimpin-kota-ingin-eksis-maka-narsis-euy/ […]