Anda Tidak Takut?
Saya Hanya Takut Sama Allah SWT
Oleh: Tjahja Gunawan
Akhir tahun 1980-an, nama Saya sudah ada dalam daftar orang yang “diincar” aparat di Kantor Bakorstanasda Jawa Barat Jl Sumatera Bandung. Padahal, kegiatan saya cuma ikut jadi peserta (pendengar) aneka kegiatan bedah buku.
Tentu saja waktu itu kegiatan bedah buku yg diselenggarakan sejumlah mahasiswa dianggap aparat sebagai “kegiatan politis”. Makannya selalu aja ada “cepu” (Intel). Dan celakanya yang ngintelin para aktivis adalah oknum mahasiswa sendiri.
Akhirnya pd tahun 1990, Saya baru bisa mengidentifikasi orang yang bekerja sebagai cepu itu. Dia adlah mahasiswa yang juga kuliah di FISIP sebuah perguruan tinggi negeri di JL Dipatiukur. Saya bisa tau wajahnya karena saat acara-acara kegiatan bedah buku dia selalu hadir dan pada saat sidang pengdilan para mahasiswa ITB tahun 1990-an, dia juga sering nongkrong di Pengadilan Negeri JL Riau Bandung.
Saya bisa tahu nama saya terdaftar di Kantor Bakorstanasda Jawa Barat, setelah bertemu dengan Sersan Iin yang memang berprofesi sebagai Intel beneran. Bukan informan dengan sebutan cepu seperti mahasiswa diatas. Alhamdulillah, saya bisa dipertemukan dengan sersan dalam sebuah “pengajian kehidupan kebangsaan” di sekitar JL Otista Bandung.
Awalnya sang Sersan ini menginteli hampir setiap malam kegiatan di sebuah rumah di JL Otista itu. Pasalnya, yang datang ke rumah itu beragam orang dan dengan latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari mahasiswa, pasutri, pedagang, hingga tentara aktif yang menjadi pejabat di Deplu.
Setelah mengetahui kegiatan “obrolan malam” di sebuah rumah di JL Otista, sang Sersan dari Bakorstanasda Jabar itu justru tidak lagi mengamati kami dari kejauhan tapi ikut terlibat aktif dalam diskusi bersama.
Sang sersan asal Cimahi ini pun akhirnya mengetahui bahwa kegiatan “Obrolan Malam” itu bukan aktivitas makar tapi justru belajar bersama tentang Cara Umat Islam Membangun dan Mencintai Negeri Ini.
Karena sering bertemu dengan Sersan Iin, waktu itu saya sempat meminjamkan buku autobiography “Spy Cacther”. Buku ini ditulis Peter Wright, Mantan Asisten Direktur dari M15. Sebuah organisasi intelejen Inggris yang disegani dunia.
Dalam berbagai kesempatan, Sersan Iin pernah bercerita bagaimana Intel bekerja secara professional. Beda banget dengan Intel melayu yang sering Kita saksikan dari pasukan “Wereng Coklat”.
Sersan Iin juga pernah bercerita pengalamannya di lapangan saat dia ditugaskan ke Timor Timur sebelum lepas dari NKRI. Dia juga berkisah tentang teman-temannya sesama tentara yang mendapat tugas dalam Operasi Petrus di era Panglima ABRI Jend LB Moerdani.
Sersan Iin menceritakan, rekannya yang menjadi eksekutor memberantas preman-preman dalam Operasi Petrus itu, akhirnya terganggu kejiwaanya. “Mana Ada sih orang yang tega menghabisi manusia (preman) dengan cara yang keji,” kata Iin waktu itu. Tapi begitulah instruksi Benny Moerdani waktu itu.
Waktu itu kita sering menyaksikan di sejumlah koran foto-foto mayat preman korban Operasi Petrus. Kondisinya sangat mengenaskan, sengaja dibuang di pinggir jalan di dalam karung. Dalihnya demi stabilitas nasional, tapi cara Benny Moerdani sungguh kejam.
Jadi kalo sekarang Saya kerap ditanya, Anda ga takut dengan aktivitas yang dilakukan sekarang? Saya jawab: “Saya hanya takut sama Allah SWT”