BANDUNGHIJI.COM – Kondisi kekinian Stadion GBLA yang terbengkalai, tak terawat dan nyaris gersang — tak bedanya dengan anak-anak usia sekolah yang juga tak terawat. Tercecer di banyak lampu stopan simpang jalan. Sebuah gambaran kemiskinan perkotaan.
Kedua hal itu, tentu ada dua lembaga yang mesti bertangunjawab. Dinas pemuda & olahraga (dispora) dan dinas sosial. Ngurus Stadion Sidolig di Jl. Ahmad Yani, aja tak becus. Seluas tribun, seluas itu pula sampah berserakan. Jangan cuma “bancakan” anggaran APBD, dong. Lantas, ngapain aja tuh dewan kota yang terkesan diam..?!
Kemunduran sistem kelola Pemkot Bandung dalam pemeliharaan fasilitas publik, tak sepenuhnya benar. Tapi sepenuhnya benar, bahwa pembangunan berproses dari harapan publik melulu pakai duit rakyat. Sepenuhnya benar, bahwa Stadion GBLA senilai Rp 545 miliar itu terbengkalai lunglai. Terjadi “wanprestasi” dr pelaksana pembangunan, PT Adhikarya yang berkonotasi korupsi. Sakitnya tuh di sini..! Saya yang ikut mengakses bantuan Pemprov Jabar senilai Rp 125 Miliar pd TA 2008, nyatanya bergeser ke arah pemanfaatan korupsi.
Kayaknya, Kang Dada Rosada yang menggagas pembangunan arena sepakbola bertaraf internasional itu pun ikut menangis. Sebagai Walikota Bandung kala itu, bahkan Dada Rosada berupaya kuat menjadikannya sebagai aset Pemkot Bandung pada 2009.
Karena itu pula, Pemprov Jabar mengendurkan bantuan keuangan “hanya” dalam tiga tahun anggaran. Semula dirancang sbg “aset bersama” Pemprov Jabar dan Pemkot Bandug dengan rasio 60-40%.
Bab “wanprestasi” itu pula yang membuka tabir belum diserahkannya aset ke Pemkot Bandung. Koq, bisa?! Yang pasti, seiring disampaikan wakil walikota Yana Mulyana — Pemkot Bdg tak menganggarkan biaya pemeliharaan. Pengennya masuk anggaran dlm APBD 2020.
Hanya sehari berselang, iNewsTV Jabar menjadikannya sebagai topik bahasan dalam program “talk show”, Rabu kemarin. Umuh Muhtar, manajer Persib bicara dan berniat segera menemui Gubernur Jabar, Ridwan Kamil dan Walikota Bandung, Oded M. Danial. “Saya akan sampaikan, bila memungkinkan serahkan ke pihak swasta untuk dikelola secara profesional,” kata Umuh.
Bahkan Ridwan Kamil lebih dulu merespons: “Bila tak sanggup, serahkan ke Pemprov Jabar.” Apa pun solusi dg kondisi “emergency” hari ini, publik menanti kebijakan sesegera. Tak berlarut dalam wacana yang melunturkan selera dan pesona sepakbola.
(BERSAMBUNG)