Oleh: Radhar Tribaskoro
Orang muda biasanya adalah pendukung kebebasan pencinta keadilan. Saya tidak tahu siapa Cipayung Plus itu. Tetapi saya dulu mengenal Kelompok Cipayung sebagai gerakan moral aktivis² dari sejumlah organisasi ekstra-kampus. Mereka melakukan intellectual exercises atas politik dan kebijakan pemerintah. Dalam sikap-sikap mereka menonjol dukungan untuk kebebasan dan keadilan.
Logo organisasi-organisasi ekstra-kampus itu tertera dalam spanduk di bawah ini. Apakah Cipayung Plus identik dengan Kelompok Cipayung yang saya kenal dulu?

Sepertinya Cipayung Plus bergerak melawan arah. Mereka berada di belakang, di samping atau di depan Koalisi Aktivis Mahasiswa Indonesia. Organisasi itu baru muncul sejenak setelah berdirinya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, dan menggunakan akronim yang sama: KAMI. KAMI gadungan ini di beberapa daerah membikin deklarasi juga, dan banyak orang tertipu karena menganggapnya identik dengan KAMI.
KAMI yang mahasiswa itu sepertinya sengaja memecah dan membingungkan perhatian masyarakat.
Sementara itu di Jawa Barat suatu organisasi yang menyebut dirinya Ikatan Cendikia Cipayung menggelar aksi menuntut agar hotel, polisi dan pemerintah membubarkan acara Deklarasi KAMI Jabar. Entah bagaimana mereka tahu bahwa ada masalah rekomendasi dari Gugus Tugas Covid-19. Hal itu dijadikan alasan pembubaran deklarasi.
Aneh juga, kenapa mereka kepoin deklarasi KAMI? Setiap hari di hotel itu ada acara wedding dan gathering yang mengumpulkan orang jauh lebih banyak. Mereka mestinya tiap hari menongkrongi hotel, atau sekalian menuntut hotel itu ditutup.
Lepas dari kemunafikan yang konyol itu, saya tertarik melihat peran baru Kelompok Cipayung, kalau betul mereka memberikan legitimasinya kepada Cipayung Plus dan Ikatan Cendikia Cipayung.
Apakah sekarang mereka berjuang untuk menghalangi kebebasan orang berkumpul dan berserikat? Kalau betul, sungguh sangat disayangkan.***