Klaster keluarga Covid-19: Terjadi di lima kota besar di Indonesia, pakar sebut bisa berkontribusi hingga 85% terhadap peningkatan kasus positif
Setidaknya 230 keluarga di lima kota besar di Indonesia seperti Bekasi, Bogor, Yogyakarta, Semarang, dan Malang, diketahui saling menularkan virus corona ke anggota keluarga lainnya, menurut data yang dihimpun platform edukasi Pandemictalks.
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, menyebut klaster keluarga tersebut bisa berkontribusi hingga 85% terhadap peningkatan kasus positif Covid-19 di suatu negara jika tidak ada langkah cepat untuk mengatasi.
Salah satu cara mencegah penyebaran di klaster keluarga dengan meningkatkan pengetesan serta pelacakan di tingkat RT/RW dan menempatkan seluruh pasien isolasi mandiri ke satu lokasi tertentu, kata Dikcy.
Namun juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmitogugus menyebutkan belum ada data dan kajian terkait penularan melalui kluster keluarga.
Presiden Joko Widodo menyebut Indonesia harus mewaspadai kemunculan klaster keluarga Covid-19 dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Senin (7/9) lalu.
Jokowi mengatakan klaster keluarga terjadi karena penularan yang berasal transportasi umum atau perkantoran.
Sehingga Jookwi meminta setiap anggota keluarga tetap mematuhi protokol kesehatan di mana pun berada.
“Klaster keluarga karena kita sampai di rumah, kita merasa sudah aman, justru di situ lah kita harus hati-hati,” kata Jokowi.
Tapi secara lebih rinci, peneliti sekaligus inisiator Pandemictalks, Firdza Radiany, mengatakan penularan virus corona di lingkup keluarga mulai terjadi pada awal Agustus atau dua bulan setelah pemerintah melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Saat itu, kata Firdza, hampir semua pusat perbelanjaan seperti mal, pasar, kafe, restoran, hotel, dan perkantoran mulai diserbu banyak orang.
“Jadi misalnya ayah, ibu, atau kakak kerja di luar atau berpergian entah dia Orang Tanpa Gejala ketika pulang akhirnya menulari. Karena di rumah peralatan digunakan bersama,” jelas Firdza Radiany kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis (10/9).
“Atau sosial kultur di Indonesia yang suka silaturahmi atau berkunjung ke tetangga juga bisa menyebabkan terjadi penularan.”
Data yang dihimpun platform edukasi Pandemictalks menyebutkan, setidaknya ada lima kota yang diketahui terjadi penularan Covid-19 di lingkup keluarga yaitu Bekasi, Bogor, Yogyakarta, Semarang, dan Malang.
Dari kota itu setidaknya ada 230 keluarga yang menularkan ke 684 anggota keluarga.
Firdza meyakini tidak cuma lima wilayah itu saja yang terjadi penularan virus corona di lingkungan keluarga. Sebab kebanyakan pemerintah daerah tak merinci asal muasal penularan.
“Pasti banyak di daerah lain. Bogor dan Bekasi kan kota penyangga DKI Jakarta, apalagi di pusat episentrumnya (Jakarta) pasti ada klaster keluarga,” tuturnya.
Di Kota Yogyakarta misalnya, hingga 3 September lalu terdapat sembilan kasus klaster keluarga.
Tapi menurut Juru bicara Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Penanganan Covid-19, Berty Murtiningsih, penularan Covid-19 di klaster keluarga juga terjadi di hampir semua kabupaten dan kota.
Tapi ia tidak tahu berapa jumlah keseluruhan.

Sejumlah warga menyantap makanan di salah satu restoran di Ciracas, Jakarta, Kamis (10/9/2020).SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO
“Kalau jumlah di tingkat DIY belum dapat kita identifikasi tepatnya,” kata Berty kepada BBC.
Sejauh pengamatan Dinkes Pemprov DIY, mayoritas penularan di klaster keluarga terjadi karena kunjungan dari anggota keluarga yang berasal dari luar kota.
‘Klaster keluarga berkontribusi hingga 85% terhadap peningkatan kasus positif Covid-19 suatu negara’
Pakar epidemiologi Dicky Budiman, mengatakan disebut klaster keluarga jika dalam satu rumah tangga terdapat minimal dua orang yang terinfeksi virus corona.
Keluarga, katanya, menjadi tempat yang paling efektif dalam menyebarkan virus corona. Sebab mayoritas penderita Covid-19 tidak bergejala sehingga sangat mudah menginfeksi atau menularkan ke orang terdekat.
Dalam kajian ilmiah tentang pandemi, klaster keluarga berkontribusi antara 50%-85% terhadap peningkatan kasus Covid-19 di suatu negara.
Merujuk pada Amerika Serikat, Brasil dan China, penularan virus corona di lingkup keluarga berasal dari tempat-tempat umum dan penerapan isolasi mandiri.
“Faktor lain adanya program isolasi mandiri berpotensi besar sekali menyebabkan klaster keluarga. Karena selama diam di rumah, dia tidak terkontrol. Si pasien bisa saja menggunakan barang secara bersama-sama,” jelas Dicky kepada BBC.
Karena itulah ia menilai, penerapan isolasi mandiri bagi pasien Covid-19 yang tidak bergejala maupun bergejala ringan tidak efektif.

Petugas merapikan salah satu kamar indekos yang dijadikan ruang isolasi COVID-19 di Kelurahan Kuningan Barat, Jakarta Selatan, Jumat (28/8/2020).
Pemerintah, menurut Dicky, harus mengubah strategi penanganan Covid-19 untuk mengatasi persoalan tersebut yakni dengan menempatkan seluruh pasien di satu lokasi tertentu yang terpusat.
“Karena terbukti di Korea Selatan dan China, terjadi banyak kasus terinfeksi karena isolasi mandiri.”
Strategi lain, kata Dicky, memperbanyak pengetesan dan pelacakan hingga ke tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) tanpa harus melihat ada atau tidaknya kasus Covid-19 di lingkungan tersebut.
“Itu namanya case finding artinya menyasar begitu ada klaster keluarga di satu RT lakukan tracing dengan benar,” imbuhnya.
Pengetesan maupun pelacakan tersebut, lanjutnya, lebih mudah dilakukan ketika pemda menerapkan kebijakan karantina atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sebab setiap individu dihentikan aktivitasnya.
“Jangan biarkan selama PSBB testing libur. Kalau bisa ditingkatkan. Sebab maksud dari PSBB mengoptimalkan peran dan strategi testing dan tracing.”
“Dengan begitu klaster keluarga bisa diminimalkan.”
‘Belum ada bukti di Indonesia isolasi mandiri tularkan virus corona ke anggota keluarga’
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan data tentang penularan Covid-19 di klaster keluarga belum tersedia lantaran pencatatannya didasarkan pada wilayah bukan asal-usul penularan.
Dia juga menyebut di Indonesia belum ada kajian yang menyebutkan penerapan isolasi mandiri bisa menyumbang penularan virus corona ke anggota keluarga yang lain.
Sebab kebijakan isolasi mandiri juga mempertimbangkan kelayakan rumah pasien.

Keterangan gambar, Petugas menyiapkan peralatan kesehatan di ruang isolasi pasien COVID-19 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/9/2020), ANTARA FOTO
“Untuk orang-orang yang tinggal di daerah kumuh dan berisi banyak orang ya tidak bisa diisolasi mandiri. Tapi kalau rumahnya cukup memadai, banyak kamar bisa dong diisolasi mandiri,” tutur Wiku Adisasmito kepada BBC.
“Kalau terjadi penularan tergantung protokol kesehatan dijalankan di rumah apa tidak,” sambungnya.
Sejauh ini, menurut Wiku, solusi untuk pencegahan penularan virus corona di lingkup keluarga yakni dengan mengurangi atau bahkan tidak beraktivitas di luar rumah.
Kalaupun harus keluar rumah mematuhi protokol kesehatan.
“Dengan alasan apapun bekerja, dugem, atau apapun harus betul-betul menjalankan protokol kesehatan terutama waktu kembali ke rumah.”
“Ketika pulang ke rumah harus mandi, cuci baju semua, bersihkan tangan. Karena kan tidak tahu dia membawa sesuatu dari luar.” | SUMBER BBC