ADA sebuah pameran lukisan dari sebuah studio seniman lukis Andi Sopiandi. Andi menekuini dunia lukis sejak kecil (SD) ia dikenal pelukis, pengajar gambar di sejumlah tempat di Bandung. Ia juga aktif dalam dunia fotografi sejak 1992-an di Bandung. Yang menarik ia punya rumah sekaligus studio di tebing lapangan Golf Dago seluas 170 m2. Pemandangannya luas melihat lapngan hijau golf itu begitu indah. Jika kita kesana rasanya betah total tak mudah bergeser untuk pindah. Bahkan akan ingin terus terlabuh disana.
Yang mengejutkan pada akhir tahun ini Andy Studio yang telah menyimpan banyak koleksi memilih menampilkan karya koleksinya di akhir tahun 2022. Dan luar biasa mengejutkan. Ia menggemas pameran sekjaligus bagian dari tugas Ghulam sang anak yang studi di Senurupa ISBI Bandung. Dengan kemasan yang asyik disajikannya Pameran Senirupa ini bertajuk “Estetika Nuansa Harmoni” pamera berlangsung dari mulai 26-28 Desember 2022.
“Saya mengkoleksi karya teman baik lukisan maupun fotografi sejak 1992 dan ini ingin sampaikan rasa nilai apresiasi saya yang tinggi terhadap semua dan saya ingin berbagi kepada masyarakat umum bahwa ini bagian dari karya sejarah yang bisa dilhat,” jelas Andi.
Tentu karya-karya koleksi seni rupa ditunjang data dan arsip yang keren misalnya dimana karya lukis atau foto saat dia terima pengkoleksiannya adalah ada buku acara pameran ada juga poster dan karya tulisan yang mengulas.
Andi telah menyimpan karya Jeihan “Wajah” misalnya tahun 1991 wajah perempuan, dan juga “Wajahku” 2019 nampak potret diri Jeihan sendiri. Dan pada tahun 2014 Wajah “Andi” yang dilukis Jeihan. Disana juga Kita dapat juga menyaksikan karya pelukis Redha Sorana “Menong” 1995, Lukisan Deden Sambas “Wanita” 1998, lukisan Rosid “ujang” 1997 cat air di atas kertas, lukisan AR Tanjung “Surabi Bandung 2022 dan “Sketsa#16” karya Adi Azasi Jeihan sketsa diatas kertas, Lukisan Supriatna “Tubuh-tubuh liminal” 2022, Lukisan Wahyu Srikaryadi yang kini banyak mengeksplor Patung juga Andi punya lukisan yang dikoleksi Andi berjudul “Kasih Ibu Sepanjang Masa” 1999. Ada karya perpua yang sering pameran di Eropa Tondi Hasibuan “But Love 2000, fotografi karya Agung Widjarano “Jendela Hati” 2016 dan karya Foto “Noah” 2018 karya Dede Priana.
Koleksi Andi tidak sebatas dimiliki ini bagian sejarah dia sebagai pelukis yangmenyimpan karya koleksi yang apik.
Dr Supriatna yang juga Wakil Rektor ISBI mengatakan bahwa “Pameran ini menjadi ajang pengayaan makna visual, bagaimana tidak berbagai gaya dan teknis diperlihatkan oleh para perupa. Tentunya menimbulkan sensasi tafsir yang beragam. Di dalam tafsir inilah memantik pengembaraan jiwa apresian, yakni tidak hanya sebatas interpretasi makna, namun juga menerabas pada ingatan masa lalu, ketika memori tersentuh ekspresi suatu objek, dengan gaya mengajaknya pada suatu kenangan,” jelas Pri panggalan akrab pelukis jebolan FSRD ITB ini.
Pri juga menambahkan bahwa koleksi yang dipameran sangat baik. “Berkembang pada penerawangan berandai andai suatu kejadian saat ini atau masa akan datang. Apresian tentunya asik bermain dengan narasi teks dan konteks sendiri-sendiri, mengkode kembali apa yang ditangkap mata (pada ekspresi lukisan), bisa jadi itu adalah peristiwa abadi baginya. Selamat mengapresiasi,” jelas Pri.
Akhirnya dalam ruang kekuatan jiwa. Selama lebih dari 40 tahun perupa Andi Sopiandi menyimpan dan mengumpulkan koleksinya ada yang diberi oleh seniman ada yang di barter karyanya dengan karya perupa atau karya seni lainnya.
“Selain guru bagi murid-murid yang telah tersebar di seluruh dunia, Andi adalah guru yang sangat konsisten dan kini dia kolektor yang sangat hakiki,” tulis Aendra sebagai kurator yang menulis dalam Katalog Pameran ini. (UJANG)